LDK In Love

Angin berhembus semilir, membawa hawa dingin yang menggidikkan. Embun pagi masih menyelimuti dedaunan, butiran-butiran kecil itu berkilauan bak permata, saat semburat sinar mentari memaksa menerobos celah-celah pepohonan. Burung-burung hutan berkicauan mendendangkan lagu keceriaan. Suasana bumi perkemahan pagi itu begitu menyenangkan.

Nabila merekatkan jaketnya, hawa sejuk khas pegunungan membuatnya kedinginan. Jam menunjukkan pukul 06.00. Ia dan panitia yang lain harus datang lebih awal untuk mempersiapkan rangkaian acara Latihan Dasar Kepemimpinan SMA Insan Cendekia yang akan dilaksanakan selama empat hari tiga malam itu. Semua persiapan usai saat para peserta mulai berdatangan.

*****
 Acara yang pertama adalah apel pagi, pembagian kelompok, dan persiapan pendirian tenda. Nabila
mendesah kecewa saat melihat seseorang yang selama ini ia kagumi berada di antara para peserta LDK kali ini.

Adik kelasnya itu, menjadi cowok terpopuler di SMA IC. Ganteng, jago basket, pandai dan memiliki bakat memimpin. Siapa yang ngga suka coba??? Walau Nabila mengagumi Ruvel dalam diam, namun keberadaan cowok itu di sini membuatnya resah. Apalagi saat Pak Romi mengumumkan bahwa dia yang menjadi pembimbing kelompok yang dipimpin oleh Ruvel.

"Bil, Loe gpp kan?" Tanya Melvin.

"Gue baik-baik aja kok Vin, emangnya kenapa?"

"Lo pucet banget, kalau Lo sakit ngga usah ikut dulu deh!" Ujar Ketua Panitia itu khawatir.

"Gue gpp Marvel. Please deh Lo jangan lebay gitu!" Nabila tersenyum. "Gue cuman belum siap untuk bertemu Ruvel, Vin. Itu aja sih." Batin Nabila.

"Ya udah, kalau Elo baik-baik aja mah. Sok atuh dibantu anak buah Lo. Kali ini galak dikit gpp ko. Biar mereka tau, Nabila yang selama ini kalem, ternyata bisa juga jadi monster!" Celetuk Melvin, dan ketua panitia itu bergegas pergi.

"Melvin!!!" Teriak Nabila kesal. "Tunggu aja pembalasan gue...!!!"

Nabila mengambil beberapa peralatan yang ia butuhkan, lalu bergegas menuju tenda kelompok yang ia bimbing.

"Hei, Kak Bila." Pekik Vino senang saat mengetahui Nabila menjadi pembimbing kelompoknya. Cowok tinggi kurus itu sudah lama mengagumi Nabila, bahkan ia pernah menembak Nabila. Walau akhirnya ditolak. Dan cowok tengil itu juga mengetahui kalau diam-diam gadis itu menyukai sahabat terdekatnya.

"Vin, kerja yang bener! Ini bukan waktunya bercanda! Kalian ngga punya banyak waktu, masih banyak agenda setelah ini!" Ujar Nabila tegas. "Waktu kalian tinggal 20 menit, jam 10.00 harus sudah berkumpul di lapangan!"

"Siap kak mengerti!" Jawab mereka kompak. Hanya Ruvel yang tidak menjawab. Dia hanya tersenyum dan masih asyik dengan talinya.

"Caranya bukan gitu Vel." Nabila mengambil tali yang dipegang Ruvel dan mengikatkan ke patok.

"Aaauuu..." teriak gadis manis itu kesakitan. Setetes darah segar mengalir dari jari manis Nabila. Serpihan besi berhasil merobek jari manis Nabila.

"Tangan Lo berdarah Kak, tunggu di sini sebentar." Cowok itu mengambil kotak P3K di tasnya. "Bakalan perih, tapi tahan ya Kak!" Ruvel meneteskan betadin di luka Nabila, dan membalutnya dengan handsaplas.

"Makasih Vel," bisik Nabila. Ruvel tersenyum manis, untuk yang pertama kalinya Nabila bisa sedekat ini dengan pujaan hatinya. Bahkan bisa melihatnya tersenyum dengan manis. Keduanya bertatapan dalam diam.

"Ciie... ciie..." teriak Vino saat melihat keromantisan Ruvel dan Nabila.
Teriakan Vino membuat Nabila salah tingkah, pipi gadis itu memerah. "Ingat ya, jam 10.00 tepat harus sudah berkumpul di lapangan." ujar Nabila, dan gadis itu bergegas kembali ke tenda.

*****
Acara demi acara berjalan dengan sukses, kebersamaan itu membuat Nabila semakin dekat dengan Ruvel dan teman sekelompoknya. Kedekatan itu membuat Nabila semakin mengagumi Ruvel, banyak sisi positiv Ruvel yang tidak ia ketahui selama ini. Keresahannya mulai hilang, berganti menjadi rasa nyaman saat mereka berdua bercengkrama.

"Gue kira dulu Lo cuek, ternyata Lo seru juga." Ujar Nabila saat istirahat. Keduanya tengah asyik menikmati cemilan di dekat tenda.

"Makannya jangan di lihat dari kemasannya aja dong Kak." Ruvel tertawa. "Ciee... diem-diem ada yang merhatiin gue nih. Yang merhatiin cewek cakep pula."
Pipi Nabila memerah mendengar candaan Ruvel, "Apaan sih Lo? Gaje banget!" Nabila mencubit lengan Ruvel. Sedetik kemudian keduanya tertawa.

*****
Namun kehangatan itu tidak bertahan lama, karena pada malam kedua, tanpa sengaja Nabila melihat Ruvel bergandengan tangan dengan Maudy di belakang tenda. Pemandangan itu membuat Nabila terluka, diam-diam gadis itu menangis. Ternyata, ia salah mengartikan kedekatannya dengan Ruvel dan perhatian cowok itu selama ini.

"Vel..." bisik Nabila kecewa.

"Kak Bila???" Ruvel melepaskan tangannya dan bergegas menghampiri Nabila. Namun gadis itu terlanjur berlari.

"Kak Bila, tunggu!" Ruvel menarik tangan kanan Nabila. "Dengerin gue dulu Kak,"

Nabila menghapus air matanya. "Ngga perlu Vel, semuanya udah jelas kok. Lepasin tangan gue Vel, biarkan gue pergi."

"Tapi Kak..."

"Tetap berada di sini membuat hati gue terluka, please lepasin tangan gue." Ujar Nabila tanpa menoleh sedikitpun ke arah Ruvel.
Ruvel melepaskan tangan Nabila, gadis itu berlari pergi. Ruvel paham, Nabila menangis karenanya. Namun
semua ini tak seperti yang Nabila bayangkan. "Maafin gue Ka Bila."

*****

"Kak Nabila kemana?" Tanya Ruvel saat menyadari pembimbingnya tidak ada saat makan malam.

"Nabila sakit, dan untuk kegiatan selanjutnya saya yang akan menjadi pendamping kalian!" Ujar Melvin.

"Ka Nabila sakit? Maafin gue kak, gue ngga bermaksud membuatmu terluka." Batin Ruvel merasa bersalah.

"Vel, gue mau ngomong sama Lo." Ujar Melvin.

Keduanya berjalan beriringan menjauhi tenda. Dan berhenti di dekat pos utama.

"Sebelumnya gue minta maaf, mungkin gue terlalu lancang. Lo tau kan Nabila suka sama Lo?!!" Tanya Melvin ketus. Hatinya terluka saat mengatakannya, karena sudah lama ia mengagumi Nabila walau dalam diam.

Ruvel mengangguk.

"Tapi kenapa Lo tega membuat dia menangis?" Emosi Melvin mulai meninggi. "Kalau bisa, gue pengen menghapus air mata Nabila, tapi gue ngga bisa Vel!!! Nabila cuman sayang sama Lo, cuman Elo yang bisa bikin dia bahagia. Tapi kenapa Lo malah membuatnya terluka?"

"Maaf, kalau Ruvel membuat Kak Bila menangis, tapi Ruvel tidak bermaksud melakukannya. Kejadian yang terjadi sore tadi, tidak seperti yang Kak Bila lihat. Dan jujur, Ruvel pun sayang sama Kak Bila."

Melvin hanya bisa mendesah mendengar kejujuran Ruvel, ternyata keduanya memiliki rasa yang sama. Dan ia tak lagi memiliki kesempatan untuk mendekati sahabatnya itu. "Perjuangin cinta kalian Vel, tapi gue mohon jangan pernah Lo buat Bila kecewa lagi."

*****

Masih ada dua rangkaian acara, Outbound dan Api Unggun sebagai penutup kegiatan LDK tahun ini. Pagi itu semua tampak ceria, panitia sudah membagi pos-pos permainan. Dan lokasi kegiatan kali ini di kebun teh.

Para peserta tampak begitu antusias saat mendengar intruksi dari Ketua Panitia. Tapi tidak bagi Nabila, ia ingin kegiatan ini segera berlalu. Dan sejak kejadian malam itu, Nabila selalu menghindari Ruvel. Melihatnya membuat hatinya semakin terluka.

"Loe kenapa sih Bil?" Tanya Melvin pura-pura tidak mengetahui apa yang terjadi. Dua hari yang lalu gadis itu begitu bersemangat mengikuti kegiatan ini, namun tiba-tiba semalam ia menangis dan tampak murung sampai sekarang.

"Gue gpp kok, cuman sedikit lelah aja." Jawab Nabila seadanya.

"Lo ada masalah sama Ruvel?"

"Engga!" Jawabannya kali ini sedikit membentak, dan gadis manis itu bergegas pergi.

"Gue ngerti Bil apa yang sesungguhnya terjadi, tapi gue yakin jika ketulusan cinta akan mempersatukan Loe dan Ruvel."

*****

"Oke, serangkaian acara telah kita lalui. Tak terasa sudah tiga malam kita bersuka cita di alam bebas ini, belajar kepemimpinan, berorganisasi dan belajar mengelola emosi. Kami sebagai panitia memohon maaf jika selama membimbing kalian ada kesalahan yang kami perbuat, baik sengaja ataupun tidak. Dan malam ini acara Latihan Dasar Kepemimpinan SMA Insan Cendekia resmi di tutup!" Ujar Pak Romi selaku guru Pembimbing OSIS.

Tepuk tangan begitu meriah saat Pak Romi secara resmi menutup kegiatan itu bebarengan dengan dinyalakannya api unggun dan beberapa kembang api. Semua peserta dan panitia tampak senang. Mereka bernyanyi bersama, melihat pentas seni yang ditampilkan per regu dan bakar jagung bersama.

Diam-diam Nabila melangkah pergi. Tanpa ia sadari Ruvel mengikutinya, cowok itu ingin menyelesaikan kesalahpahaman itu malam ini juga. Ruvel membekap Nabila dan membawanya menjauh dari api unggun. Ia terpaksa melakukannya, agar kesalahpahaman ini segera berakhir.

"Ruvel...?!!"

"Maafin gue kak, gue ngga bermaksud menyakiti kakak." Ujar Ruvel merasa bersalah. "Gue mohon Kak, dengerin penjelasan gue dulu."

Nabila menatap Ruvel, ada penyesalan yang terlihat jelas di mata cowok itu. Ia begitu merindukan sosok di depannya, tapi kemarin cowok itu benar-benar membuatnya terluka. Sebulir air mata mengalir dari pelupuk mata Nabila.

"Aku mohon Kak, jangan nangis." Ruvel menghapus air mata Nabila dan memeluk gadis itu. "Aku sayang sama kamu Kak, kemarin Maura emang nembak aku tapi aku menolak karena aku udah terlanjur sayang sama kakak. Aku pengen jelasin semua itu dari kemarin, tapi kak Bila selalu menghindariku. Maafin aku kak, aku sudah membuat orang yang aku sayang menangis. Maafin aku..."

"Gue benci sama kamu Vel, kenapa sih kamu bikin gue sayang sama kamu?!! Bikin gue takut kehilangan kamu?!! Please jangan bikin gue kecewa lagi...!!!" Nabila melepaskan pelukannya. Ia menghapus air matanya dan mencoba tersenyum. Semarah apapun Nabila, tapi dia tetap saja merindukan sosok Ruvel.

"Akhirnya Kak Nabilaku kembali tersenyum." Ruvel mencubit hidung Nabila. "Janji ya, jangan tinggalin aku lagi." Ruvel mengacungkan kelingkingnya.

"Dan kamu juga harus janji, ngga akan bikin aku menangis lagi." Nabila mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Ruvel. "Ciie, sekarang aku kamu deh."

"Iya dong, kan aku dan kamu jadinya kita."

*****


EmoticonEmoticon