Awal Hijrahku, Karena Kabur

Dipertengahan tahun 2013, Aku memutuskan untuk mengikuti salah satu program di Pondok Pesantren Daarut Tauhiid, alasan utamanya sebenarnya karena ngga mau kuliah, passionku bukan di bidang akademik, apalagi sempat ditawarin ke kedokteran. Cuma mringis, ngga pedelah dengan nilai yang jeblok, aku lebih menyukai seni, keterampilan dan menulis. Untungnya Ibu sangat memahami itu, beliau juga yang merekomendasikan untuk mengikuti program Santri Mukim Akhlak Plus Wirausaha (APW), siapa tau dengan mengikuti program ini, bakat yang selama ini terpendam bisa muncul dan dioptimalkan. Kaburnya ngga main-main yaa, sampai ke Bandung, padahal di sana ngga ada saudara. Pokoknya my Mom, my everything, beliaulah yang selalu tepat memahamiku.

Empat bulan yang begitu berkesan, penuh cerita, penuh kenangan yang begitu sulit untuk dilupakan. Di tempat inilah, aku bisa mengenal diriku sendiri, memahami bagaimana cara mengintropeksi diri, dan ilmu untuk mendekatkan diri pada Allah, dibimbing langsung oleh Aa Gym dan Teh Ninih dengan siraman rohaninya yang menyejukkan qolbu, dipertemukan dengan orang-orang yang ingin belajar untuk semakin dekat dengan-Nya, tentram rasanya berada di sini.

Akhirnya setelah selesai mengikuti program, aku memutuskan untuk tetap tinggal dan mencari pekerjaan. Bermodalkan nekat, karena baru lulus SMA dan belum pernah menjejaki dunia kerja sebelumnya. Sebenarnya ada misi tersembunyi, yakni : Pengen punya suami orang Bandung, yang juga santri di sini, akad nikahnya di Masjid DT, dan yang khutbah nikah Aa Gym. πŸ˜€

Qodarullah, aku diterima menjadi telemarketing di salah satu unit usaha di bawah Kopontren Daarut Tauhiid. Tiga bulan pertama masa training, gaji masih 80%, belum punya kosan, tidurnya numpang di tempat teteh kenalan pas nyantri, di gudang yang diubah menjadi kamar seadanya, pake kasur tipis, hingga suatu hari kebanjiran dan tidak bisa dipakai lagi.

Alhamdulillah, tepat saat tragedi air meluap itu udah dapet kosan, buat bayar kosan juga dapet pinjeman dari temen kantor yang super baik. Untuk makan sehari-hari dihemat, beli di warteg pagi, untuk makan pagi+makan siang, makan malem warteg lagi, hingga akhirnya ikut patungan nasi sama temen kos, beli lauknya aja, kadang kalau pas mepet cuma makan sama kerupuk+bon cabe, itupun terasa begitu nikmat. Tiap gajian buat tutup lubang, diawal perjalanan gali tutup lubang mah udah biasa. Pokoknya kalau orangtua nanya, bilangnya cukup dan ngga mau dikirim, pengen mandiri, dan tau diri, dengan kondisi orangtua yang serba terbatas.

By the way, memulai pekerjaan pun dari nol, mulai dari bikin email, nelfon client, promo sana-sini, untungnya punya team yang super sabar dan selalu membagikan ilmunya. Setiap kesalahan menjadi pelajaran yang begitu berharga. Seiring berjalannya waktu, mulai coba-coba jadi tour guide, rombongan pertama adalah rombongan Bupati dan Ibu-ibu Majelis Taklim dari Bombana. Pengalaman yang begitu manis, untuk yang pertama kalinya berinteraksi dengan pejabat secara langsung, belajar menjadi pemandu yang baik, dan bekerja dengan sepenuh hati. Banyak pelajaran yang bisa di petik dari setiap pendampingan rombongan. Alhamdulillah. Dan bisa keliling Bandung itu sejak jadi tour guide, jalan-jalan gratis dong.

Masa-masa sulit mulai terlewati, alhamdulillah sedikit-sedikit bisa transfer ke orangtua, meski ngga bisa tiap bulan. Godaan pun datang silih berganti, apalagi udah berazzam ingin menikah muda, 3 kali proses dan gagal menuju pelaminan, sempat membuat enggan menikah. Tapi setelah di evaluasi, semua ini murni kesalahan pribadi, belum melakukan proses sesuai tuntunan. Harus terus memperbaikki dan memantaskan diri. Untuk sejenak tidak memfokuskan diri untuk hal itu, nanti ada waktunya. Meski sering baper nglihat yang nikah.πŸ˜‚

Disaat-saat menikmati pekerjaan ini, tiba-tiba mendapat kabar kalau aku di mutasi ke pusat, sempat protes karena harus belajar dari nol lagi, dengan porsi pekerjaan yang jauh berbeda. Tapi ingat, niat bekerja di sini untuk belajar bukan semata-mata bekerja, mungkin ini cara Allah untuk memberikan banyak ilmu dan pengalaman yang baru. Awalnya udah mau nyerah, karena berhubungan dengan sistem, excel, dan keuangan. Bener-bener nol dalam hal ini, soalnya dulu pas SMA jarang banget megang komputer. Tapi akhirnya aku bisa, setelah sering mendapatkan complain dari anggota.😁 Saat itu bekerja sebagai staff Pelayanan Anggota dan Humas Koperasi.

Disaat menikmati menjadi pelayanan anggota, Sempat terlintas di dalam hati, "Ya Allah, semoga ngga ngerasain jadi kasir." saat ngelihat teman yang berprofesi menjadi kasir dengan segudang pekerjaannya. Tara, 2 bulan kemudian kembali dimutasi, dan mendapatkan jobdesk sebagai Kasir Back Office. Langsung lemes dengernya. Belajar dari nol lagi, sampai di titik puncak kejenuhan, udah mikir mau resend, alhamdulillah ada perombakan struktur, dan kembali menjadi marketing.

Entah mengapa, merasa lebih nyaman di dunia marketing, penuh target, penuh tantangan, dan sering keluar, untuk sekedar buka stand. Apalagi dengan team work yang super kece.
Bergabung dengan Kopontren Januari 2014, dan 3 tahun kemudian di bulan yang sama, kuputuskan untuk resign karena keguguran dan ingin fokus mengembangkan sayap bisnis. Ilmu yang didapat ketika menjadi marketing, sangat-sangat membantu ketika menjalankan bisnis loh. Bahagia, dipertemukan dengan orang-orang yang inspiratif yang dengan senang hati membagikan ilmunya. Semoga Allah senantiasa memberkahi kegidupan mereka.

Ahhh, terlalu banyak kenangan yang tidak dapat diceritakan secara gamblang. Jatuh bangun menjadi anak rantau, menjadi sebuah pelajaran yang sangat berkesan. Aku jatuh cinta dengan Bandung, Kota penuh kesejukan, apalagi di Daarut Tauhiid, dimana pesantren inilah kuawali proses hijrahku dan di sini pula cintaku berlabuh. Dulu sama sekali ngga ada keluarga di Bandung, kini ada Mertua dan keluarga besarnya yang kumiliki. Ahhh, Allah mah Baik pisan. Masya Allah. Ngga nyangka aja perjalanan hidupku bisa seberkesan ini.

Masa kecil yang super bandel alias cerdasπŸ˜‚ Masa SMA penuh perjuangan dan mengharuskan tinggal di panti asuhan, ehh lulus SMA kabur ke Bandung sampai sekarang. Takdirnya memang sering jauh dari keluarga. Bersyukur punya keluarga yang selalu mensupport langkahku, doa kedua orangtua yang senantiasa mengetuk pintu langit, dan kakak-beradik yang selalu mendukung, tak lupa sahabat yang selalu setia mengingatkan dan memberi warna.

Buat kamu yang punya cerita hijrah yang menarik, jangan lupa share yaa, sebagai inspirasi untuk sahabat yang lain. Nikmati suka dukamu ketika melangkah menuju-Nya, maka apapun yang terjadi, kamu akan bahagia.

1 comments:

senyam-senyum sendiri teh saya bacanya ^^

http://xxxrerain.blogspot.com


EmoticonEmoticon