Miss Culun, I Love You



Terkadang menjadi cowok populer itu menyebalkan. Memiliki para penggemar rahasia yang seenaknya saja menaruh makanan, coklat, bunga sampai berjibun surat cinta, membuat loker gue tampak seperti sampah. Untung Maura selalu meluangkan waktu untuk merapikannya, kebetulan gue seloker sama gadis culun itu. Mau ngga mau loker dia ikut-ikutan jadi korban para fans fanatik gue.
Gue Varel, Kapten basket di Insan Cendekia Internasional  High School. Dewi Fortuna seakan memihak gue, selain menjadi kapten basket, gue juga dianugerahi wajah yang nyaris sempurna. Hal itu tentunya membuat gue menjadi idola sekolah. Hampir setiap hari gue mendapat surat cinta, tapi gue ngga tertarik sama satupun gadis cantik di sekolah ini, kecuali Maura. Gadis culun yang selalu menjadi korban bully Dara & the gank. Murid baru pindahan dari Australia itu berhasil mencuri hati gue.
Ada beberapa hal yang membuat gue kagum sama gadis itu. Meskipun penampilannya bukan tipe gue banget, tapi dia bisa membuat gue tersenyum tiap kali melihatnya. Rambut panjangnya yang selalu dikepang dua, membuat wajahnya tampak lucu. Dan kaca matanya yang tebal, membuatnya terlihat jenius.
                                                            *****
“Maaf ya Ma, gara-gara orang-orang ngga jelas itu, Lo harus bersih-bersih loker gue tiap hari.”
Maura tersenyum, “Gpp Kak, lagian Maura juga ngga keberatan. Cuman sayang tuh, coklatnya sampai numpuk gitu. Keburu kadaluarsa loh, Kak.”
“Gue ngga suka coklat Maura, kalau Lo mau ambil aja…”
“Maura juga ngga suka coklat Kak, Emmmttttt… gimana kalau Kakak bagi-bagiin coklat itu ke anak-anak jalanan. Mereka pasti senang. Dan lebih bermanfaat pastinya.”
“Anak jalanan?”
Maura tertawa, “Iya Kak… Kakak ngga pernah ya bergaul sama anak jalanan?”
Gue hanya menggeleng. Melihatnya aja gue males, apalagi bergaul. Gue suka kesel nglihat anak-anak kecil yang seharusnya sekolah, malah ngamen di pinggir jalan. Gimana mau dapet ilmu kalau sekolah ngga mau.
“Kak, jangan berfikir negativ tentang anak jalanan.” Ujar Maura seolah mengerti apa yang sedang gue pikirkan. “Kebanyakan dari mereka itu yatim piatu, dan mereka ngga punya dana buat sekolah. Buat makan aja, mereka harus berjuang ekstra.  Tapi kakak tenang aja, mereka tetap belajar kok sama Maura. Mereka juga punya ilmu.”
Maura menutup loker dan melangkah pergi. Gadis itu benar-benar pintar mencuri hati gue. Satu hal lagi yang gue tau tentang Maura, jiwa social cewek itu begitu tinggi. Secara fisik Maura memang ngga terlalu cantik. Tapi kecantikan itu memancar dari hatinya dan itu yang membuat gue nyaman tiap gue deket sama dia.
                                                            *****
Sepulang sekolah diam-diam gue mengikuti Maura. Gadis itu memang benar-benar menemui anak-anak jalanan di bawah kolong jembatan. Dan anak-anak itu, mereka tampak senang dengan kehadiran Maura. Tanpa rasa jijik Maura memeluk mereka satu per satu, padahal anak-anak itu terlihat begitu kotor. Mereka terlihat seperti keluarga.
“Maura…” gue memberanikan diri untuk menemui Maura. Gadis itu terlihat kaget ketika melihat gue ada di sini.
“Kak Vino…? Kakak…”
“Ya Maura, gue ngikutin Elo! Gue Cuma mau ngasih ini…”
Maura menerima bingkisan yang gue berikan, “Coklat ini…”
Gue hanya mengangguk. “Semoga bermanfaat Ma, ya udah gue pamit. Bye Maura…”
“Makasih Kak…” bisik Maura lembut. Dan bisikan itu berhasil membuat gue deg-degan. Ada kehangatan yang diam-diam menyelinap di relung hati.
“Cie… cie… Kak Maura pacaran yaaa?” suara anak-anak masih bisa gue denger dengan jelas. Dan gue hanya bisa tersenyum. Maura benar, ada kebahagian tersendiri saat gue memberikan cokelat itu dan melihat anak-anak itu tersenyum senang. Sebuah kebahagiaan yang selama ini belum pernah gue rasakan sebelumnya.
                                                            *****
Malam minggu gue ngajak Maura jalan. Dan gadis manis itu tidak menolak. Sumpah, hari itu gue bahagia banget. Bisa jalan bareng sama Maura, gadis yang selama ini membuat gue tergila-gila. Kita ngobrol di gerai KFC sembari menikmati Ice Cream.
“Kenapa Lo pindah ke Indonesia Ma, bukankah leebih menyenangkan hidup di Ausi?”
“Begitu banyak alasana yang membuat Maura ga betah di sana. Di Ausi Maura belum pernah nemuin sahabat yang benar-benar tulus mau berteman dengan kita. Fisik dn kekayaan yang menjadi tolak ukurnya. Dan itu sangat menyebalkan.” Ujar Maura sambil mengaduk-aduk ice creamnya. “Kenapa kakak mau berteman dengan Maura? Sedangkan Maura itu cuman cewek culun yang selalu jadi bahan ejekan?”
“Karna gue selalu nyaman tiap kali deket sama Lo, Maura.” Jawabku apa adanya. Jawaban Gue membuat pipi Maura merah merona.
“Emang Kak Vino ngga malu jalan sama Maura? Kak Vino itu cowok yang perfect, masa iya sih jalan sama cewek seculun Maura?”
“Gue ngga malu Ma, karena gue sayang sama Lo…” kugenggam tangan Maura. Gadis manis itu tampak terkejut. “Lo mau ngga jadi pacar gue?”
Maura terlihat gugup dengan kata-kata gue yang to the poin. Namun semenit kemudian Maura tersenyum dan mengangguk. “Ya Kak, Maura mau.”
                                                            *****
Sekolah sempat heboh saat tersebar kabar Gue dan Maura jadian. Banyak yang mencemooh, tapi kita ngga peduli. Ini pilahan kita, dan kita sama-sama bahagia menjalaninya. Tak ada lagi yang berani membully Maura, dan ia tak perlu lagi membersihkan Loker setiap pagi. Karna tak ada lagi yang berinisiatif mengirimkan surat cinta, setangkai bunga maupun sebatang coklat.
Dua hari lagi ulang tahun Maura yang ke- 17, bertepatan dengan Dies Natalis sekolah yang seumuran dengan Maura. Kabarnya akan diadakan pesta besar-besaran, karena sang pemilik Yayasan ini akan turut hadir untuk merayakannya.
“Oh iya Kak, sabtu jemput Maura di Jl. Imam Bonjol No. 4 ya. Awas kalau sampai telat!” ancam Maura lalu melangkah pergi.
Gue hanya diam, alamat yang disebutkan Maura adalah rumah pemilik yayasan Insan Cendekia ini. Lalu apa hubungannya Maura dengan Pak Marvel?”
                                                            *****
“Maura itu anak saya, Vin.” Ujar Pak Marvel malam itu. “Selama ini dia menyamar menjadi gadis yang culun, karena dia ingin memiliki sahabat sejati. Dulu di Ausi Maura itu seorang model, ketenaran dan kekayaan membuatnya memiliki banyak teman. Namun ternyata mereka hanya memanfaatkan Maura. Dan akhirnya di sini ia menemukan apa yang dia inginkan selama ini, bukan hanya seorang sahabat, bahkan ia bertemu dengan kekasih yang menyayanginya dengan tulus.” Pak Marvel mengakhiri obrolannya saat melihat Maura.
Maura melangkah perlahan-lahan saat menuruni tangga. Gadis itu terlihat seperti Cinderella malam ini. Cantik sekali. Ia mengenakan gaun pesta berwarna pink muda, sedikit polesan make up membuatnya semakin mempesona. Maura yang selama ini terlihat dengan penampilan culunnya, ternyata memiliki kecantikan yang sempurna.
“Happy Birthday Maura…”
Gadis itu tersenyum, “Terima kasih Kak Vino, Maura minta maaf karena ngga pernah jujur sama kakak soal ini.”
“Ternyata Miss culun Maura hanya sebuah topeng.” Maura tersenyum mendengar bisikan gue. “Terima kasih juga Ma, Lo udah bikin gue belajar mencintai dengan ketulusan.”
“Karna cinta yang sempurna tidak memerlukan fisik yang sempurna Kak, kecantikan bisa hilang kapan saja. Namun ketulusan akan senantiasa menjaga sebuah hubungan yang terjalin. Terima kasih sudah menyayangi Maura dengan tulus.” Gadis cantik itu memelukku.
Jika selama ini gue tidak mengikuti kata hati nurani, mungkin gue ngga akan sebahagia ini. Teman-teman emang mencela kedekatan gue sama Maura, mereka bilang kita bagaikan langit dan bumi. Tapi kalau gue menuruti omongan mereka, gue ngga akan pernah sebahagia ini.


EmoticonEmoticon