Refleksi Setahun Pernikahan

Di malam syahdu di akhir November, hujan turun rintik-rintik, dan hawa dingin yang menyeruak masuk. Ingin rasanya segera memejamkan mata, setelah seharian bermain-main dengan lilin, namun rupanya "kakak" masih terbangun dan masih ingin bermain-main. Tendangan-tendangan yang membahagiakan, Masya Allah. Setengah jam menjelang tengah malam, masih ada sedikit waktu untuk kembali menulis. Setelah sekian lama asyik dengan pita, dan sahabat-sahabatnya.

Tak terasa setahun telah berlalu, tentunya dengan status yang berbeda. Memiliki teman hidup yang penuh dengan warna, membuat hari-hariku penuh makna, ceilah 😍 Kadang masih ngga nyangka aja, dia yang selama ini kugagumi dalam diam, kini ada dalam pelukan. Memang benar, ketika kita memasrahkan segala urusan kepada-Nya, skenario-Nya akan lebih indah dari yang kita bayangkan sebelumnya. Buat yang lagi jatuh cinta, mending dititipin ke Allah aja deh, serius jatuh mah engga enak. Sakit.

Nah bagi yang melangkah menuju gerbang pernikahan, musti hati-hati juga. Harus pinter-pinter menjaga, biar keberkahan terus mengiringi langkah kita. Jangan deh, belum halal udah beredar foto berdua, atulah malu sama Allah. Ikhwan yang baik mah ngga akan ngajak jalan berdua, pacaran, atau ngga ada hubungan tapi chatingan tiap hari. Lelaki yang sholeh pasti berusaha menjaga, ia menyapa seperlunya, karena ia takut dengan Allah yang Maha Melihat, dan Maha Mendengar. Dan tipe inilah yang patut kita jadikan suami. Sok atuh akhwat, berusahalah untuk terus memantaskan diri kalau mau dapet Jodoh Dunia Akhirat mah, yang nulis juga musti banyak taubat karena dulunya pun tak lepas dari kesalahan. 😢

Pernikahan ini masih seumur jagung, tapi banyak banget hikmah yang bisa diambil dan menjadi pelajaran. Semoga Allah senantiasa membimbing dan memberikan hikmah disetiap kejadian yang akan kami lalui nantinya. Aamiin.

Berbagai cara Allah menguatkan rasa cinta, salah satunya ketika saya dinyatakan Hamil di Luar kandungan, dan ada penggumpalan darah di rahim, yang mengharuskan saya bedrest total, semua pekerjaan rumah tangga suami ambil alih, disisa lelahnya masih sempat menemani istrinya. Menghibur, memotivasi istrinya untuk tetap kuat, meyakinkan istrinya bahwa ini takdir terbaik dari Allah. Sempet down, karena pernah memiliki harapan setelah menikah langsung punya anak, disinilah suami berperan penting untuk menguatkan Ketauhiidan istrinya, Rencana-Nya pasti yang terbaik. Disinilah benih-benih cinta semakin bermekaran.

Sebulan penuh mengalami pendarahan, dan diawal tahun 2017, dinyatakan rahim sudah bersih, saatnya pemulihan untuk mempersiapkan kehamilan berikutnya. Akhirnya kami mengambil keputusan untuk resign, fokus ke bisnis dan menjadi ibu rumah tangga, hanya suami yang bekerja. Yang biasanya dua-duanya punya gaji, sekarang hanya mengandalkan gaji suami, disinilah mulai belajar untuk memanage keuangan, memprioritaskan kebutuhan, dan menunda keinginan yang tidak penting.

Bukan berarti dengan di rumah rezeki berkurang, gaji suami memang tak seberapa, namun rezeki yang tidak diduga-duga terus saja mengalir, penuh kejutan, Masya Allah, saat itu suami hanya minta, "Terus berusahalah menjadi istri sholehah, karena doanya dapat mengetuk pintu langit." Dia suami yang tidak banyak menuntut, dan penuh tanggung jawab. Adakalanya tidak memegang uang sepersenpun, tapi Alhamdulillah tetap bisa makan, masih banyak kenikmatan yang bisa di syukuri. Karena rezeki bukan selalu dalam bentuk uang, kadang pas ngga ada apa-apa, Ibu kosan ngasih sayur-sayuran yang bisa dimasak, atau suami dapet lauk-pauk dari kantor, salah satu keberkahan khidmat kepada guru.

Sampai saat ini pun masih mengontrak kamar, karena rumah di daerah sini masih mahal. Tapi yakin kok, kalau sudah saatnya, kami bisa memiliki rumah sendiri, sekarang tugas kami adalah memaksimalkan perjuangan, ikhtiar, memperkuat doa, dan bertawakal. Ketentuan Allah tidak akan meleset, apa yang nanti akan menjadi milik kita akan bertemu dengan jalannya.

6 Bulan setelah keguguran, tepatnya setelah Ramadhan, kondisi kesehatan drop, selama tiga hari demam naik turun, gusi bengkak, mual muntah, perut nyeri, lagi-lagi harus bedrest. Entah darimana keyakinan itu muncul, ada feeling jika ada janin yang mulai terbentuk di dalam rahim ini. Mau tespek was-was, karena belum terlambat datang bulan. Sehari lagi jadwal bulanan datang, udah harap-harap cemas, namun berusaha untuk pasrah. Dan akhirnya memberanikan diri untuk tespek, di siang bolong, padahal kan tespek paling bagus di pagi hari.

Bismillah, tangis pecah saat melihat garis dua terpampang jelas, "Yaa Allah, aku hamil...!!!"

Setelah periksa ke bidan, kondisi makin drop, untuk yang kedua kalinya harus bedrest. Mual muntah parah sejak dinyatakan hamil, perut masih sering terasa nyeri, letih, lesu, dan berbagai keluhan hamil muda yang lainnya, akhirnya dokter mengambil keputusan untuk tidak mengerjakan aktifitas apapun selama 2 bulan, Lagi-lagi suami yang mengambil alih pekerjaan, dia jadi suami siaga, suami serba bisa, dia rela mengeluarkan tenaga ekstra yang penting istri dan janinnya tumbuh sehat. Sejak kehadirannya di rahim ini, rasa cinta itu makin mengakar, pengorbanannya begitu luar biasa.

Bukan berarti tidak ada konflik dalam rumah tangga, selama kehamilan pun kelabilan semakin menjadi, kadang masalah sepele jadi besar, intinya mah komunikasi. Sebagai seorang istri jangan hanya ngode, tapi katakan dengan jelas apa yang diinginkan, karena lelaki kurang peka untuk urusan kata-kata. Dan masih banyak yang harus dipelajari tentang komunikasi ini.

Ngga kerasa udah setahun pacaran sama dia, banyak pelajaran yang bisa diambil dan kesalahan yang harus diperbaikki. Banyak juga yang harus dipersiapkan untuk menanti kehadiran sang buah hati, terutama persiapan ilmu. Mulai menyatukan frekuensi, mulai merancang masa depan, dan memasrahkan diri. Kita punya rencana, namun rencana-Nya selalu yang terbaik. Tugas kita memaksimalkan ikhtiar, apapun hasilnya pasti sesuai dengan ketetapan-Nya.

Allah selalu memiliki cara untuk menguatkan rasa cinta di antara kita, meski kadang kita tak suka, nikmati apapun yang terjadi, Jalani apapun ujian yang engkau hadapi, berusahalah untuk terus menggali, pelajaran apa yang bisa diambil dari ujian ini? Setelah kamu bisa memahami, kamu akan semakin bersyukur, betapa Allah Maha Sempurna dalam mengatur skenario kehidupan ini.


EmoticonEmoticon