Mengumpulkan Mozaik Hikmah

Dulu setelah menikah sudah bikin plan mau honeymoon ke Jogja, tempat destinasi, penginapan yang dituju, sampai estimasi biaya sudah tertulis rapi. Tapi karena masih pengantin baru, dan benar-benar memulai hidup baru dari nol, akhirnya muncul kesepakatan untuk menunda bulan madu, uang sisa walimahan di gunakan untuk ngontrak kamar, beli kasur, beli lemari, dan perabotan lainnya. Honeymoonnya pun hanya di rumah, saling berbagi cerita untuk semakin mengenal satu sama lain, dan itupun sangat menyenangkan.

Dan semua rencana yang tertulis itu terwujud setahun kemudian, dan kali ini free alias gratis, karena ini acara family gathering kantor suami. Alhamdulillah😊 Hadiah setahun pernikahan. Jadi temen-temen, siapapun yang baca blog ini, kalau punya keinginan jangan lupa ditulis yaa, karena kita ngga pernah tau, kapan keinginan itu akan terwujud. Pengalaman pribadi, setiap keinginan yang tertulis pasti terwujud.

Hari itu, hari kedua Family Gathering, destinasi menuju Pantai Indrayanti yang kemarin tertunda karena hujan deras. Tapi ternyata, pagi ini pun, hujan belum juga reda, dibeberapa titik semakin deras. Perjalanan dari Jogja ke Gunung Kidul ketiduran, efek cuaca dingin mungkin yaa. hehehe Alibi. Bangun-bangun udah di daerah gunung kidul, tapi Heace yang kita tumpangi putar balik dan mencari jalan lain, dan ternyata banjir, hanya bis yang bisa lewat.

Mulai dari situ ngga bisa tidur lagi, fokus mengamati pemandangan. By the way, hujan belum juga reda, jadi ngebayangin, kalau kemaren jadi honeymoon, hanya berdua dengan suami, naik transportasi umum, ternyata medannya lumayan susah. Allah Maha Baik, rencana-Nya selalu yang terindah. Memasuki perkampungan, genangan air mulai nampak dimana-mana, bahkan ladang jagung pun nampak seperti empang, tempat budidaya ikan. Arus pun terus mengalir dari dataran tinggi ke yang lebih rendah, tepatnya di belakang sebuah sekolah dasar, air mengucur deras, seperti air terjun, dan berwarna coklat.


Pict by Ahmad Rizka M
Semakin dekat dengan pantai, banjir semakin tinggi, jalan pun mulai tergenang, tak tampak dataran, karena tertutup air. Sedih ngelihatnya, sawah-sawah terendam, sekolah, rumah, dll. Dan ketika sampai di pantai Indrayanti, ombak sedang pasang, tidak memungkinkan untuk bermain-main. Hanya bisa dipinggir, itupun harus ekstra hati-hati, airnya pun coklat. Angin berhembus kencang, membawa bulir air hujan memasuki gazebo-gazebo yang berjejer di pinggir pantai. Hujan mengguyur semakin deras, membuat enggan untuk turun dari bus. Mungkin hanya sejam berada di sana, karena aktifitas terbatas, dan kembali melanjutkan perjalanan.

Keluar dari area pantai, disambut banjir dimana-mana, sampai tak terlihat mana jalan dan mana batasnya. Untungnya warga berinisiatif membentuk pagar betis, seolah membentuk pembatas jalan, agar pengunjung tetap aman. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian, Pak. Sepanjang jalan melihat genangan, hingga di sebuah sungai, air hampir meluap ke jalan, kebun disekelilingnya sudah tak nampak, warga berkumpul di sepanjang jalan, menyaksikan derasnya air sungai.

Gunung kidul yang biasanya terkenal dengan kekeringan, dan susah air, tiba-tiba hujan deras dan menyebabkan banjir. Padahal di sana mayoritas rumah-rumah masih sederhana dan berdinding kayu, yaa Allah ngga terbayang bagaimana suasananya.😢 Baru pertama kali ini, melihat banjir besar dengan nyata.

Jam 12.00, perjalanan terhenti, jalan utama menuju Jogja terisolasi, karena air sungai Oya meluap, dan tidak bisa dilalui. Sinyal mulai menghilang, hujan semakin deras, akhirnya Heace yang kita tumpangi mencari jalan pintas, melewati jalan kecil di pedesaan, melalui beberapa jalan yang genangan airnya lumayan tinggi. Mengejar waktu, jam 15.00 posisi masih di Gunung Kidul, padahal jam 17.00 harus sudah di stasiun Lempuyangan.

Alhamdulillah, setelah melalui berbagai rintangan dan kemacetan, pukul 16.45 rombongan sudah memasuki Jogja Kota. Rencana kunjungan dan destinasi yang lain pun dibatalkan, yang terpenting bisa pulang ke Bandung. Perjalanan hari ini begitu luar biasa.

Drama baru dimulai, dari awal memang kami memiliki rencana untuk lebih lama di Jogja, tapi karena suami tidak jadi mengambil cuti, hari itu tetap pulang, ternyata tiket kereta api kahuripan udah habis. Tinggal tersisa satu seat tempat duduk, sempet adu argumen sama suami, sama-sama kesel, diem-dieman dan akhirnya suami mengalah. Kami tetap pulang berdua dengan kereta yang sama, meski harga tiket lebih mahal. Jauh di lubuk hati memang ingin naik kereta yang bisnis, biar istirahatnya lebih nyaman, udah bener-bener capek. Alhamdulillah masih kebagian gerbong bisnis kereta Lodaya.

Dan ternyata, keretanya delay, karena di Daerah stasiun Prambanan hanya ada satu rel yang bisa dilalui, jadi keretanya pun harus antri, Keberangkatan kereta api kahuripan yang dinaikki rombongan pun terlambat. Akhirnya setelah 45 menit menanti, kereta Lodaya Malam tiba, Alhamdulillah lancar sampai Bandung.

Pas turun dari kereta ngerasa ada yang ngga beres dengan kaki, buat jalan berat dan sakit. Bener aja pas mau ke kamar mandi dan buka kaos kaki, bengkak dong ini kaki, gede banget, buat solat juga sakit. Suami yang ngelihat sempet syok dan khawatir, istrinya mah nyantai aja, sambil nahan sakit. Sepertinya efek kaki menggantung terlalu lama, dan jalan jauh. Pas bangun tidur, udah kempes, alhamdulillah.

Tiga hari yang penuh makna, penuh drama, dan penuh cinta. Terima kasih yaa Allah, Engkau hadiahkan kepada hamba suami yang super sabar, super baik, super pengertian.😍 Hikmahnya banyak banget, Masya Allah. Banyak pelajaran yang dapat dipetik. Dan waktunya minta maaf banyak-banyak ke suami, atas kelabilan istrimu ini sepanjang perjalanan kemarin😂

Dan baca-baca berita, ini salah satu dampak dari badai cempaka, semoga yang diuji dengan bencana Allah beri kesabaran, kelapangan hati, hikmah yang penuh, dan rezeki yang lebih baik. Semoga menjadi penggugur dosa dan peningkat derajat. Dan menjadi ibroh bagi yang lainnya. aamiin.


EmoticonEmoticon