Perjalananku Menanti Kehamilan

fatimahalfi.blogspot.com
Salah satu hal yang kupertanyakan saat proses taaruf, adalah apakah ia ingin pacaran dulu atau langsung memprogram keturunan. Bukannya menjawab ia malah kembali bertanya, "Memang kalau udah punya anak ngga bisa pacaran?" Oke, dari situ aku mengambil kesimpulan,  bahwa setelah nikah pengen langsung hamil. Mulai cari informasi, nanya ke temen-temen yang udah nikah, googling, baca-baca buku, dan berbagai artikel. Dan tiga bulan sebelum menikah, kumulai program kehamilan. Mulai dari meminum susu prenagen esensis, menjaga pola makan, mengkonsumsi makanan yang mengandung asam folat, olahraga, dll. Beli susu ini diem-diem, bikinnya ngumpet-ngumpet, malu sama temen kosan, karena saat proses taaruf, semua masih serba dirahasiakan.

Seiring berjalannya waktu, mulai goyah, dan sebulan menjelang pernikahan, promilnya benar-benar berhenti, disibukkan dengan persiapan pernikahan yang serba diurus sendiri. Tiga hari sebelum pernikahan, tamu bulanan datang, makin banyak yang mendoakan segera mendapatkan keturunan, karena biasanya yang haid saat menikah lebih tokcer. Hanya bisa berharap dan mengaminkan doa-doa itu.

3 Minggu setelah menikah mulai banyak yang berubah, berat badan naik, pinggul makin membeasar, dan mulai merasakan mual muntah. Temen-temen kantor udah pada ngira kalau aku hamil, akunya masih santai karena belum telat haid dan mungkin masuk angin, atau efek menyesuaikan diri dengan perbedaan masa lajang dan ketika sudah berdua. Dan diawal bulan Desember 2016, simerah kembali menyapa, sempat terlintas kesedihan, untung ada suami yang senantiasa menguatkan, dan mengingatkan bahwa ketetapan Allah yang terbaik.

Tapi simerah kali ini berbeda, sudah 10 hari belum juga berhenti, malah yang keluar darah segar. Akhirnya setelah 14 hari kita memutuskan untuk periksa ke bidan, karena nyeri perut yang tak tertahankan saat itu, dan kondisi tubuh mulai drop, mungkin karena kehilangan banyak darah. Dan apa yang terjadi...??? Garis 2 muncul ditespek yang asisten bidan bawa, kita berdua syok melihatnya. Pendarahan 2 minggu ini ternyata karena kehadiran calon janin?

Bahagia pasti, namun rasa was-was lebih menyelimuti. Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam hati, namun tak bisa terlontar untuk ditanyakan kepada Ibu Bidan baik hati. Beliau terus menguatkan, memberi afirmasi positiv untuk kami, dan meminta kami untuk memperkuat doa, dan semakin mendekatkan diri kepada Allah. Dan sejak hari itu, aku harus bedrest, harus istirahat total. Seminggu lagi diminta kembali untuk usg, melihat bagaimana perkembangannya. Namun dua hari setelah itu, aku kembali mengalami pendarahan yang luar biasa, darah itu mengucur dengan derasnya, diiringi nyeri perut yang tak biasa. Akhirnya mencari opsional pemeriksaan, dan ketika usg, terlihat kantung janin, tapi tidak menempel di rahim, ia terombang-ambing oleh gumpalan darah. Dan akhirnya diputuskan untuk diluruhkan, karena sudah tidak ada lagi harapan. Aku yang biasanya malas minum obat, saat itu harus mengkonsumsi berbagai macam obat-obatan.

Kenapa...???
Berbagai tanya itu muncul, namun pada akhirnya aku bisa mengambil hikmah dibalik kejadian ini. Ini adalah salah satu cara Allah untuk membangun rasa cinta di antara kami, dan dari kejadian inilah aku mulai mempelajari berbagai hal untuk persiapan kehamilan berikutnya. Masa-masa bedrest, full kugunakan untuk membaca seluk-beluk kehamilan, tentang dunia parenting, dll. Ilmu yang selama ini jarang kupelajari karena disibukkan dengan berbagai pekerjaan. Dan sejak saat itulah, aku memutuskan untuk resign. Memulihkan diri setelah 1 bulan full pendarahan, dan mempersiapkan diri menanti kehadiran buah hati selanjutnya.

3 bulan berlalu, namun tanda-tanda kehamilan itu belum juga muncul, dan pasca keguguran itu meninggalkan bekas perut yang besar dan nyeri ketika naik kendaraan. Akhirnya memutuskan untuk pijat, ternyata posisi rahimku bermasalah, seharusnya pasca keguguran ada perawatan khusus, namun karena keminiman ilmu aku biarkan saja, disela-sela proses pijat, emak berkisah, begitu banyak pelajaran yang kudapat selama proses pijat. Salah satunya adalah, Allah akan memberi yang terbaik, saat kita benar-benar siap. Mungkin kemaren Allah ambil karena belum benar-benar siap, masih sebatas keinginan.

Dari nasehat emak itulah, semangat belajar itu mencuat, sambil bisnis sambil belajar, mulai promil lagi, kali ini berbekal ilmu, tidak sekedar coba-coba. Ternyata belajar tentang seluk-beluk kehamilan begitu menyenangkan. Disaat semangat belajar itu tumbuh, Allah kirimkan ahli dibidangnya sebagai syariat bertambahnya ilmu, bergabung di Group Learning Mama, adalah anugerah tersendiri untukku. Mulai juga memperdalam ilmu parenting, karena kami memiliki keinginan untuk menghome schoolingkan anak, dan semua itu butuh ilmu yang tidak sedikit. Perhatian mulai teralihkan, yang semula ngebet ingin segera punya momongan, menjadi fokus mempersiapkan bekal untuk membesarkan anak kelak.

Dipenghujung bulan Juli 2017, aku kembali merasakan tanda-tanda kehamilan, masih ada waktu seminggu menjelang waktunya bulan datang. Namun keyakinan itu begitu kuat, dan akhirnya kuputuskan untuk tespek, taraaa garis dua terlihat begitu jelas. Masya Allah, bahagianya.😇 Selama trimester pertama benar-benar ngerasin perjuangan menikmati mual muntah yang parah. Alhamdulillah, berbekal ilmu yang sudah dipelajari bisa melalui semua itu.

Nah, untuk siapapun yang tengah menanti, tak ada salahnya menunggunya dengan belajar, agar kita semakin siap ketika dititipi. Jikalau ibunya memiliki semangat belajar yang tinggi, secara tidak langsung ia tengah mempersiapkan generasi pembelajar pula. Perbanyak doakan orang lain dalam diam, karena doa kebaikan akan kembali kepadamu. Ketika kamu sudah paham, jangan sungkan untuk berbagi ilmu, karena itulah yang menjadi tabungan amalmu.


EmoticonEmoticon