Belajar Memupuk Keyakinan

Motivator Terbaik dalam Hidupku
Kemarin sempet ngobrol panjang lebar sama Ibu, beliau bercerita tentang keterkejutannya ketika mengantar kakak kontrol bulanan. Bagaimana tidak, poli jiwa yang biasanya sepi, dan hanya segilintir pasien, hari itu penuh, sampai-sampai obat pun harus dibagi. Yang biasanya sekali kontrol kakak mendapat obat untuk sebulan, ini hanya untuk 10 hari. Itu artinya ibu harus balik lagi kesini, Dan untuk mengambil obat pun harus menunggu ditelfon dari rumah sakit, karena stock obat jadi terbatas.

Artinya, semakin hari semakin banyak yang mengalami gangguan jiwa. Aku sempat bertanya-tanya, what, apa penyebabnya? Banyak faktor tentunya, kesulitan ekonomi mungkin, permasalahan keluarga bisa jadi, apalagi kondisi ekonomi indonesia yang sedang tidak stabil, dan di daerah sana sedang diserang hama tikus, banyak petani yang gagal panen, akhirnya jadi pengangguran. Disaat sibuk menerka-nerka penyebabnya, Ibu mengatakan, "Semua kembali ke agama. Seberat apapun ujiannya, kalau dia yakin Allah akan menolong, tetap aja hati tenang. Orang yang kuat agamanya akan berpikir ke depan, bukan berorientasi pada dunia semata." kata Ibu menggantung.

Okee, hari ini obrolannya sungguh menarik. Harus bersiap mengosongkan gelas, agar bisa mengambil pelajaran.
"Orang beriman ketika di uji, ia akan lebih banyak mengoreksi diri, mengorek dosa-dosa masa lalu untuk ditaubati. Ia senantiasa berfikir ujian ini diundang karena dosa-dosanya. Tapi orang yang tidak kuat pehaman agamanya, akan senantiasa menyalahkan keadaan, lingkungan sekitar, bahkan orang-orang terdekatnya. Masalah ngga selesai, makin tertekan, akhirnya jiwanya yang terguncang. Maka, selalu berusahalah untuk membersihkan hati, hati yang bersih, membuat jiwa juga kuat menghadapi problematika yang ada. Harus selalu yakin kalau Allah tidak akan menguji hamba diluar batas kemampuannya. Harus yakin, Allah akan menolong jika kita mau meminta."

Dan obrolan terputus karena pulsa habis😢😭 2 jam yang syarat dengan makna. Ngomong-ngomong tentang keyakinan, aku banyak belajar dari ibuku, karena beliau sudah sering membuktikannya. Kesulitan ekonomi yang menimpa, diuji dengan anak yang mengalami gangguan kejiwaan, ternyata mampu membuat keyakinan Beliau kepada Allah semakin menguat.

Dulu waktu aku di panti dapet kabar, kalau Ibu mau berangkat umroh. Aku cuma bengong, yang terfikir saat itu, kok bisa yaa? Buat makan sehari-hari aja masih sulit, uang darimana coba sebanyak itu? Kemiskinan tak menghalangi Ibuku untuk bercita-cita tinggi, beliau yakin bisa mengunjungi Baitullah, jika Allah menghendaki, bagaimanapun caranya. Mungkin banyak yang meremehkan ketika Ibu menyampaikan keinginannya, tapi beliau tetap kuat pada keyakinan itu, Qodarullah, nenek butuh teman umroh, dan anak-anak yang lain tidak bisa menemani, hanya ibu yang bisa. Akhirnya Ibu dan Nenek berangkat ke tanah suci, semua biaya ditanggung oleh om. Masya Allah, indahnya rencana Allah😢 dan semoga Allah membalas semua kebaikan omku.

Atau ketika penyakit kakak semakin parah, Ibu yakin kakak bisa lebih baik. Beliau dengan sabar mendampingi, menemani ketika berobat, menyemangati, membimbing, dll. Dari kakak yang sering ngamuk, sering banting barang-barang, sampai kini menjadi penghafal Al-Qur'an dan mulai berinisiatif untuk menulis lagi. Prosesnya begitu panjang, tapi dengan keyakinan ibu bahwa Allah akan menolong, ibu tetap sabar. Hasilnya begitu banyak ilmu baru yang beliau miliki, tentang kejiwaan, tentang ruqyah, tentang jin, tentang penyakit yang diderita kakak, dll. Begitu banyak pengalaman yang beliau lalui, sehingga setiap kata-katanya, nasehat dan petuahnya sangat berbobot.

Dan yang paling sering adalah, ketika stok di dapur mulai menipis, bahkan habis. Ibu hanya mengatakan, "Pasti kalau serba habis begini, kita mau makan enak. Yukkk, minta sama Allah." dan benar saja, tak berapa lama kemudian ada orang yang datang mengantarkan makanan atau memberikan uang. Terkadang, makanan yang datang adalah makanan yang tak pernah terbayangkan, karena sangat mahal. Dan pengalaman seperti itu tidak terjadi sekali, dua kali, namun berkali-kali. Keyakinan Ibu itulah yang menular kepada kami. Kesulitan ekonomi yang kami hadapi, tak sedikitpun mematahkan semangat kami untuk terus berprestasi.

Setiap orang memiliki ujian masing-masing, keluarga kami diuji dengan kesulitan ekonomi, namun keluarga harmonis. Apapun ujiannya, pupuk keyakinan bahwa Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya. Maka kamu akan lebih kuat dalam menghadapi hidup ini. Terus berlatih menggali hikmah di setiap kejadian yang ditemui, terus berusaha memperbaikki diri, dan menebarkan manfaat sebanyak mungkin untuk negeri.


EmoticonEmoticon